Saya pernah dengar anekdot, kesibukan kerja seringkali seperti lalat yang mengerubungi kita. Tidak mematikan, tapi terasa mengganggu sehingga kita pun sibuk mengusir lalat-lalat itu yang pada kenyataannya tidak mudah untuk mengusirnya. Tanpa terasa waktu kita habis untuk mengusir nyamuk itu sehingga lupa misi utama kita bekerja, dan bahkan seringkali sampai lupa untuk merasakan nikmatnya bekerja.
Bayangkan seseorang bekerja di suatu kantor. Masuk pagi, sampai kantor cek agenda apa yang harus dikerjakan, buka komputer untuk mulai mengerjakan. Baru sebentar, ada telepon dari pelanggan. Menjawab telepon selesai, kembali ke komputer eh ada panggilan dari bos. Memberi penjelasan pada bos selesai, kembali ke komputer eh ada teman yang minta tolong karena kesulitan mengerjakan tugasnya. Dan seterusnya dan seterusnya.
Dulu ketika jadi dosen, saya sempat terbersit rasa malu karena setelah 7 tahun bekerja, belum sempat menulis buku. Ada buku teks yang saya ikut keroyokan menulisnya. Tapi karena buku teks dan ditulis keroyokan pula, saya tidak punya kelonggaran untuk mengekspresikan pengalaman dan gagasan saya. Saya katakan pada ide menulis buku yang sesekali muncul di kepala, “Hush, jauh-jauh sana, jangan ganggu”. Selain itu, saya sempat merangkum beberapa tulisan menjadi 2 buah buku-e. Buku-e pertama mengenai Appreciative Inquiry. Buku-e yang kedua mengenai The Dancing Leader.